Penjelasan Ilmiah Soal Penampakan Pocong di Kedungwaru Kidul, Bukan Pocong?
Belakangan viral soal penampakan pocong di Kedungwaru Kidul. Foto ini bisa Anda temukan di Google Maps hanya dengan melakukan search keyword Kedungwaru Kidul. Foto ini adalah unggahan dari pengguna Google yang memiliki akun bernama @artbiz360 pada 2017 silam. Namun akhir-akhir ini viral karena ditemukan penampakan pocong di sana.
Namun apakah sikap sains dalam menjawab pertanyaan soal foto penampakan hantu? Bisa dibilang, ilmu pengetahuan adalah ranah yang tak mempercayai adanya kehidupan gaib.
Soal hantu sendiri, telah banyak penjelasan soal keberadaannya. Namun soal foto penampakan yang jelas mendeskripsikan hantu, sains tetap menolak dengan beberapa penjelasan. Berikut ulasannya, melansir berbagai sumber.
Sesuatu yang Menempel di Lensa Kamera
Sang pengunggah foto yakni artbiz360, menyebut bahwa ia tak tahu menahu bahwa di fotonya terdapat penampakan pocong. Dalam posting Instagramnya, ia positif thinking kalau itu hanyalah serangga yang menempel di lensa.Hal ini merupakan hal yang masuk akal, dan sains sudah lama menjelaskan soal foto hantu adalah sesuatu yang tertangkap kamera namun tidak pada kisaran fokus, sehingga blur dan tidak jelas. Dalam kasus ini, bentuknya mirip pocong.
Pareidolia
Bentuk yang dirasa mirip dengan pocong ini, dalam ilmu pengetahuan disebut pareidolia. Ini adalah kondisi psikologis di mana pikiran manusia merespon stimulus dengan memahami pola yang tidak dikenal yang sebenarnya tidak ada, lalu menggabungkannya dengan persepsi imajiner selayaknya hal tersebut ada.
Baca Juga : Kuli Dan Noni Belanda Menampakan Diri Di Saidah
Selain soal adanya penampakan hantu, pareidolia contohnya adalah seperti kita melihat penampakan alien dan fosil iguana di Mars, serta lambang mirip PKI yang ada di bangunan Alexis. Semua tak benar, namun kita mengira itu benar-benar ada.
Teknik Fotografi
Mari kita berbicara soal teknis di ranah fotografi. Foto tersebut diambil malam hari, dan sang penjepret mengatakan bahwa ia ketika itu sedang memotret milky way. Nah, bisa disimpulkan bahwa ia menggunakan long eksposure untuk mengambil gambar. Dengan ini, cahaya bisa masuk lebih banyak dan bintang-bintang bisa terjepret dengan baik.
Namun risikonya adalah, kamera harus berada dalam kondisi tenang, tidak boleh gerak sedikitpun karena kecepatan shutternya sangatlah lambat. Jika bergerak, gambar sudah bisa dipastikan akan buram.